Jakarta (ANTARA News) - Laporan hasil penelitian organisasi
kampanye lingkungan global, Greenpeace, yang dipublikasikan di Jakarta
pada Rabu menunjukkan bahwa beberapa saluran air yang bermuara ke Sungai
Citarum tercemar bahan kimia beracun.
Dalam penelitian yang dilakukan selama bulan Mei-Oktober 2012 di hulu hingga hilir Sungai Citarum, peneliti Greenpeace
menemukan cemaran bahan kimia berbahaya di muara kanal dan badan air yang menjadi saluran pembuangan industri di
sepanjang sungai.
Para peneliti menemukan cemaran krom heksavalen (Cr6+) dan logam berat, diethyl phthalate (DEP), BHT, p-clorocresol dan turunan bahan kimia beracun lain dalam konsentrasi tinggi di saluran air menuju Citarum di Majalaya, Rancaekek, Cisirung, Dayakolot, Margaasih-Leuwigajah, Batujajar, Padalarang, Jatiluhur dan Karawang.
Saat memaparkan laporan yang berjudul "Bahan Beracun Lepas Kendali" tersebut, Juru Kampanye Air Bebas Racun Greenpeace Indonesia, Ahmad Ashov Birry, mengatakan, bahan-bahan kimia itu bisa menyebabkan macam-macam gangguan kesehatan, dari penyakit kulit, gangguang fungsi organ dan sistem hormon, sampai kanker.
Para peneliti menemukan cemaran krom heksavalen (Cr6+) dan logam berat, diethyl phthalate (DEP), BHT, p-clorocresol dan turunan bahan kimia beracun lain dalam konsentrasi tinggi di saluran air menuju Citarum di Majalaya, Rancaekek, Cisirung, Dayakolot, Margaasih-Leuwigajah, Batujajar, Padalarang, Jatiluhur dan Karawang.
Saat memaparkan laporan yang berjudul "Bahan Beracun Lepas Kendali" tersebut, Juru Kampanye Air Bebas Racun Greenpeace Indonesia, Ahmad Ashov Birry, mengatakan, bahan-bahan kimia itu bisa menyebabkan macam-macam gangguan kesehatan, dari penyakit kulit, gangguang fungsi organ dan sistem hormon, sampai kanker.
"Temuan
ini menegaskan bahwa kita kehilangan kendali atas keberadaan racun di
alam. Kami temukan bahan kimia logam berbahaya di sejumlah titik
lokasi," katanya.
Peneliti dari Institute of Ecology
Universitas Padjadjaran Fifi Dwi Pratiwi mengatakan tingkat keasaman
air di saluran air ke Sungai Citarum yang diteliti pun sudah melampaui
baku mutu.
Kondisi yang demikian, menurut dia,
berdampak langsung pada ekosistem sungai dan masyarakat yang
memanfaatkan ekosistem tersebut.
"Seperti beberapa ikan yang dikonsumsi manusia terdeteksi mengandung zat mercury dan kita bisa terpengaruh karenanya," jelasnya.
Greenpeace menduga cemaran bahan kimia beracun itu berasal dari
kegiatan industri sekitar 500 pabrik yang berdiri di sepanjang Sungai Citarum.
Ia mengatakan, pemerintah harus segera menetapkan kebijakan
mengenai standar pembuangan limbah bagi industri supaya sungai-sungai
yang sebelumnya menjadi urat nadi kehidupan seperti Sungai Citarum bebas
dari cemaran.
"Malah ada yang menjadikan satu kanal sungai menjadi pembuangan khusus limbah mereka," kata Ahmad.
(tri)
Editor: Maryati
COPYRIGHT © 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar