SERAMBI INDONESIA/M ANSHAR
Warga Banda Aceh yang panik akibat gempa bumi, memenuhi jalan, Rabu (11/4/2012).
JAKARTA, KOMPAS.com — Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta masyarakat untuk tetap mewaspadai bencana apa pun, termasuk gempa bumi dan tsunami.
"Dalam bahasa latin ada istilah Si vis pacem, para bellum. Artinya, jika kau mendambakan perdamaian, bersiap-siaplah menghadapi perang. Dalam bencana pun berlaku, jika kau ingin selamat, bersiaplah menghadapi bencana," kata Sutopo Purwo Nugroho, Humas BNPB, Kamis (27/12/2012).
Sutopo Purwo Nugroho, Humas BNPB, Kamis (27/12/2012), menyampaikan bahwa bencana hidrometeorologi diperkirakan meningkat pada tahun 2013. Sejumlah 80 persen bencana yang akan terjadi tahun depan adalah jenis bencana itu.
Namun, yang perlu juga diwaspadai adalah bencana gempa dan tsunami. Sampai saat ini, bencana tersebut belum bisa diperkirakan waktu kejadiannya.
"Berdasarkan Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI BNPB) dari tahun 1825-2012, jumlah korban meninggal dan hilang akibat bencana geologi lebih banyak dibandingkan hidrometeorologi. Dari 292.330 orang meninggal dan hilang, sekitar 74 persen akibat bencana geologi, sedangkan 26 persen bencana hidrometeorologi, dan lainnya," ujar Sutopo.
Tahun 2012, gempa besar yang terjadi di antaranya gempa Simeulue pada 11 April 2012. Gempa yang terjadi adalah gempa kembar dengan kekuatan 8,5 SR dan 8,1 SR dalam rentang waktu hanya 2 jam. Gempa menimbulkan tsunami kecil.
Gempa tersebut memberikan pelajaran bahwa sumber gempa tidak hanya dari zona subduksi. Masyarakat di mana pun harus mewaspadai kemungkinan terjadinya gempa di wilayahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar