Mangrove sehat mendukung kesehatan biota dan ekosistem pesisir lainnya. Ilustrasi: E. Paul Oberlander, Woods Hole Oceanographic Institution. |
INDRAMAYU, BL – Kawasan pantai
Indramayu sepanjang 114 kilometer merupakan aset yang bisa dimanfaatkan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sayangnya kondisi pantai
banyak yang rusak akibat terjangan abrasi. Bahkan yang memprihatinkan,
18.000 hektare hutan pantai kondisinya kritis.
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Indramayu, Ir Firman Muntako menjelaskan, kawasan hutan di pesisir pantai utara Indramayu memang kondisinya cukup kritis. Di antaranya di Kecamatan Kandanghaur, Krangkeng dan Cantigi. Hal tersebut terjadi karena mengalami kerusakan. Menurutnya, areal hutan pantai di Kabupaten Indramayu sebagian besar kini telah beralih fungsi menjadi kawasan tambak udang dan bandeng.
“Yang memprihatinkan, sekitar 40 persen kondisinya kini makin kritis dan rawan abrasi pantai akibat alih fungsi tersebut,” tandas Firman, Rabu (2/1).
Kerusakan hutan sebagai benteng alam bagi abrasi pantai di kawasan utara Indramayu ini diduga menjadi penyebab semakin tingginya kawasan pantai yang rusak akibat abrasi. Sementara itu, kawasan hutan payau yang telah beralih fungsi menjadi kawasan tambak udang dan bandeng. Di antaranya terdapat di Desa Babadan, Kecamatan Pasekan, Desa Penganjang, Kecamatan Sindang, Desa Karanganyar, Kecamatan Pasekan, serta Desa Lamarantarung, Desa cangkring, Kecamatan Cantigi. Bahkan hutan bakau tersebut sebagian kawasan hutannya sudah rusak berat.
“Kami sudah melakukan upaya, di antaranya memaksimalkan penanaman hutan mangrove di lokasi-lokasi yang kondisinya semakin kritis,” tuturnya.
Pada tahun 2013, Dinas kehutanan dan perkebunan kabupaten Indramayu menargetkan mampu memangkas 3 ribu kawasan hutan yang kritis. Salah satunya adalah bekerjasama dengan pemerintah provinsi serta kalangan swasta untuk melakukan penanaman mangrove di kawasan hutan pantai.
Sementara itu, para penggiat lingkungan di Kabupaten Indramayu berencana menjadikan Karangsong sebagai pusat penelitian dan pendidikan mangrove di Jawa Barat. Di kawasan ini, terdapat 15 hektare areal mangrove yang dapat menambah nilai ekonomi masyarakat pesisir.
Direktur eksekutif LSM Siklus, Drs Madri mengatakan, di desa Karangsong ini terdapat luasan 15-20 hektare area mangrove yang sudah tertata kembali. Di kawasan ini juga sudah dikuatkan dengan peraturan desa dan tercakup dalam tata ruang sabuk hijau pemerintah Kabupaten Indramayu.
“Ada sekitar 200 ribu tanaman mangrove di kawasan tersebut. Ini sangat potensial untuk menjadikannya sebagai mangrove centre di Jawa Barat,” tandas Madri. (oet/jpnn)
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Indramayu, Ir Firman Muntako menjelaskan, kawasan hutan di pesisir pantai utara Indramayu memang kondisinya cukup kritis. Di antaranya di Kecamatan Kandanghaur, Krangkeng dan Cantigi. Hal tersebut terjadi karena mengalami kerusakan. Menurutnya, areal hutan pantai di Kabupaten Indramayu sebagian besar kini telah beralih fungsi menjadi kawasan tambak udang dan bandeng.
“Yang memprihatinkan, sekitar 40 persen kondisinya kini makin kritis dan rawan abrasi pantai akibat alih fungsi tersebut,” tandas Firman, Rabu (2/1).
Kerusakan hutan sebagai benteng alam bagi abrasi pantai di kawasan utara Indramayu ini diduga menjadi penyebab semakin tingginya kawasan pantai yang rusak akibat abrasi. Sementara itu, kawasan hutan payau yang telah beralih fungsi menjadi kawasan tambak udang dan bandeng. Di antaranya terdapat di Desa Babadan, Kecamatan Pasekan, Desa Penganjang, Kecamatan Sindang, Desa Karanganyar, Kecamatan Pasekan, serta Desa Lamarantarung, Desa cangkring, Kecamatan Cantigi. Bahkan hutan bakau tersebut sebagian kawasan hutannya sudah rusak berat.
“Kami sudah melakukan upaya, di antaranya memaksimalkan penanaman hutan mangrove di lokasi-lokasi yang kondisinya semakin kritis,” tuturnya.
Pada tahun 2013, Dinas kehutanan dan perkebunan kabupaten Indramayu menargetkan mampu memangkas 3 ribu kawasan hutan yang kritis. Salah satunya adalah bekerjasama dengan pemerintah provinsi serta kalangan swasta untuk melakukan penanaman mangrove di kawasan hutan pantai.
Sementara itu, para penggiat lingkungan di Kabupaten Indramayu berencana menjadikan Karangsong sebagai pusat penelitian dan pendidikan mangrove di Jawa Barat. Di kawasan ini, terdapat 15 hektare areal mangrove yang dapat menambah nilai ekonomi masyarakat pesisir.
Direktur eksekutif LSM Siklus, Drs Madri mengatakan, di desa Karangsong ini terdapat luasan 15-20 hektare area mangrove yang sudah tertata kembali. Di kawasan ini juga sudah dikuatkan dengan peraturan desa dan tercakup dalam tata ruang sabuk hijau pemerintah Kabupaten Indramayu.
“Ada sekitar 200 ribu tanaman mangrove di kawasan tersebut. Ini sangat potensial untuk menjadikannya sebagai mangrove centre di Jawa Barat,” tandas Madri. (oet/jpnn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar