Bencana membawa hikmah. Peristiwa jebolnya tempat pembuangan akhir
Leuwigajah tahun 2006 benar-benar menggugah H.Djajadi (67 tahun) warga
dan ketua RW 4 Kelurahan Manjalega, Kecamatan Rancasari.
Peristiwa jebolnya TPA yang melahirkan julukan baru bagi kota
Bandung, yaitu “Bandung Lautan Sampah” karena tumpukan sampah yang tak
terangkut dan semakin lama semakin menimbun terjadi di berbagai penjuru
kota. Di lingkungannya, Pak Djajadi mengingat proses pembusukan sampah
membuat ribuan belatung-belatung ikut merajalela hingga masuk ke dalam
rumah-rumah warga.
Ketika bencana lingkungan terjadi hingga menelan korban jiwa, di saat
itu baru kita sebagai manusia “dipaksa” berhenti sejenak dan mulai
berpikir untuk menjaga lingkungannya. Pak Djajadi tak terkecuali. Dalam
ruang lingkupnya yang kecil, beliau tidak lantas merasa cukup dengan
merenung dan berpikir.
Pak Djajadi sejak tahun 1968 tahun bekerja di bidang pengairan di
PSDA Propinsi Jawa Barat dan menempati berbagai macam posisi, dari
bagian umum, perlengkapan hingga menjadi kepala bagian Tata Usaha.
Setelah 32 tahun mengabdi, tahun 2000 Pak Djajadi resmi pensiun. Sejak
masa pensiun, waktu dan perhatiannya tercurah sepenuhnya kepada
lingkungan.
“Setelah pensiun, saya jadi punya lebih banyak waktu untuk lingkungan
saya, dan saya merasa harus melakukan sesuatu, setidaknya mulai dari
saya dulu”. Kata Pak Djajadi. Pemikiran pertama beliau adalah bagaimana
caranya mengurangi sampah, mulai dari tingkatan terkecil, yaitu RT atau
RW.
Dengan swadaya Himpunan Warga Lansia (HIWALA) bersama warga RW 4,
mereka beramai-ramai berpatungan membeli mesin pengolah sampah. Untuk
sementara, sampah itu dikumpukan dan dibakar. Hal itu merupakan
inisiatif di masa darurat untuk menangani masalah sampah. Namun tentu
saja pembakaran sampah bukan solusi bijak untuk penyelesaian jangka
panjang, karena malah menimbukan masalah lingkungan baru yaitu polusi
udara.
Bank Sampah, Tanaman kantong kresek dan Taman Lansia
Tahun 2008, Pak Djajadi didaulat warganya menjadi ketua RW4.
Mengajak warga untuk aktif dalam menjaga lingkungan, terutama masalah
sampah, bukanlah hal yang mudah. Umumnya yang mudah ditemui Pak Djajadi
adalah respon penolakan dan menyalahkan. “Banyak warga yang merasa sudah
membayar kebersihan dan menyalahkan petugas atau dinas kebersihan”,
cerita Pak Djajadi. Pak Djajadi tidak mudah menyerah. Beliau lantas
mengerahkan istrinya, H.Triningsih dan ibu-ibu PKK lainnya. Bukan hanya
dukungan moral, ibu-ibu pun ikut terlibat aktif membantu.
Bantuan lain yang tak kalah besarnya adalah ketika program Bandung
Green and Clean ikut mengajak serta RW-4 dalam program mereka. Salah
satu programnya yang paling dirasa bermanfaat oleh pak Djajadi adalah
program pengelolaan sampah di lingkungan RW, yang mendorong kreatifitas
yang dapat juga meningkatkan pendapatan masyarakat.
Keterangan foto: Taman lansia yang digunakan oleh semua usia
Keterangan foto: tanaman sayuran seperti cabai ditanam dengan pupuk kompos hasil sampah warga
Program Bandung Green and Clean adalah program bersama yang digagas
oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah Kota Bandung – Badan
Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandung, pihak Pengusaha yaitu
Unilever, Koran Pikiran Rakyat, media audio Radio RaseFM dan Lembaga
Penerapan Teknologi Tepat (LPTT).
Sampah bukan hanya dikumpulkan, melainkan juga dipilah menurut
jenisnya, dibuat kompos atau bahan kerajinan tangan seperti yang
dilakukan oleh ibu-ibu PKK di RW4 yang mengubah limbah menjadi tas,
hingga rompi dan topi. Ide lain adalah menggunakan plastik bekas atau
kantong kresek sebagai media tanam sayuran seperti cabai, tomat, terong,
teh rosella dan lain sebagainya. Sebutan tanaman yang digantung di
bamboo dan menggunakan cor beton dibawahnya ini adalah TABULASEK atau
Tanaman Bumbu dalam Kresek.
Warga RW4 pun berinisiatif menggunakan bangunan tak terpakai yang
masih dalam proses sengketa perdata sebagai tempat pengumpulan sampah
atau yang mereka namakan sebagai “Bank Sampah”.
“Biasanya sampah diambil 20 hari sekali untuk dijual, namun warga
bebas untuk menyetor” sampah kapan saja untuk dikumpulkan disini. Sekali
menjual biasanya mendapat Rp 100 –Rp 120 ribu, yang dibelikan alat-alat
kebersihan untuk warga.” Jelas Pak Djajadi.
Inisiatif lain yang dilakukan Pak Djajadi adalah memanfaatkan ruang
terbuka dan beliau mendesain serta mengerjakan sendiri taman yang
disebut taman lansia. Taman itu meskipun bertajuk untuk para lanjut
usia, namun penggunaannya tidak terbatas pada yang berusia lanjut saja.
Anak-anak TK atau SD juga sering memanfaatkan ruang terbuka itu untuk
bermain dan belajar melihat pemilahan sampah dan pembuatan kompos, juga
warga sekitarnya.
Dengan kehijauan, keasrian dan keguyuban dalam masalah pengelolaan
sampah dan lingkungan, tidak heran jika pada tahun 2010, RW4 masuk ke
dalam nominasi RW terbaik se-kota Bandung versi Bandung Green and Clean.
Sungai Bukan Tempat Sampah
Keterangan foto: kiri, saluran asal. Kanan, saluran yang telah diperbaiki
Pak Djajadi tidak akan berhenti hingga di sini. Cita-cita beliau yang
lain adalah terus menularkan semangat cinta lingkungan bagi mereka yang
ingin dan rela “tertular”. Salah satu yang menjadi keperihatinan beliau
adalah masalah sungai yang sering dijadikan tempat sampah.
Melintasi wilayahnya adalah Sungai Cidurian, salah satu anak sungai
yang bermuara ke Sungai Citarum, yang mengalir melalui kota Bandung,
yang saat ini kondisi airnya hitam pekat dan badan sungainya dipenuhi
oleh sampah.
Ada 7 RT di dalam administrasi RW 4 yang diketuai oleh Pak Djajadi.
Seluruh RT tersebut sebagian besar persis berada pada bantaran Sungai
Cidurian, sekitar 2 kilometer kearah hilir,dengan kepadatan sekitar
1,500 jiwa.
“Bayangkan kalau sungai ini Bersih dan kita bisa memancing dari
sungai ini, lalu di bantaran sungai itu ada jogging track dan tanaman
obat atau tanaman hias, alangkah indahnya lingkungan kita ini” Pak
Djajadi berbagi impiannya.
Dengan kecintaan dan semangatnya untuk berbuat sesuatu bagi
lingkungan dan sesama, tampaknya Pak Djajadi belum akan “pensiun”
sebagai penggerak dan penyebar “virus cinta lingkungan”. “Jangan hanya
frustrasi, kesal dan menyalahkan. Kita bisa segera mulai dari diri
sendiri dan lingkungan sekitar, Insya Allah, akan ada perubahan ke arah
yang lebih baik”, pesan Pak Djajadi.
Jika berminat untuk singgah, Anda dapat mengunjungi Taman Lansia,
Kerajinan daur ulang sampah serta tanaman bumbu dalam kresek (Tabulasek)
Jl Taman Merkuri III/I RT02/RW4, Metro Margahayu, Bandung Timur.
(Teks dan foto: Diella Dachlan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar