Lebih dari seratus “Korban Nuklir Fukushima”, lengkap dengan pakaian anti radiasi dan masker pelindung pernapasan berkunjung ke Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Hari Senin 5 Maret Lalu. Mereka datang kesana untuk mengingatkan pemerintah Indonesia agar belajar dari Fukushima, stop promosi PLTN di Indonesia, dan jangan biarkan Bencana Nuklir Fukushima terjadi di Indonesia.
Ratusan aktivis yang berperan sebagai “Korban Nuklir Fukushima”, datang dari berbagai pusat keramaian di Jakarta, mereka datang dari terminal bus, stasiun kereta api, halte trans Jakrta, supermarket, café, restoran makanan cepat saji, dan lain-lain, mereka  datang dengan membawa pesan yang sama bagi Pemerintah Indonesia dan ASEAN agar Belajar dari Fukushima, dan Stop promosi PLTN di negeri ini.

  Bukti nyata atas bahaya nuklir sudah berulang kali terjadi. Tidak ada keuntungan nyata atas pengunaan PLTN. Bahaya yang mengintai setiap saat tidak menjadikan Indonesia sebuah Negara yang mempunyai kemandirian energi. PLTN bukan jawaban atas kekhawatiran kita akan krisis energi untuk bangsa ini.
Bulan Maret setahun yang lalu, dunia dikejutkan dengan gempa bumi dasyat yang terjadi di Jepang, gempa bumi dengan skala terbesar dalam kurun waktu 100 tahun terakhir, kekuatannya 9,0 Skala richter, jauh lebih besar dari yang pernah terjadi di Aceh, tahun 2004 lalu. Gempa bumi dahsyat ini memicu Tsunami yang juga tak kalah dasyat dampaknya, ribuan orang tewas, ribuan lainnya dikabarkan hilang, ratusan ribu orang harus tinggal di pengungsian.
Mantan Perdana Menteri Jepang, Naoto Kan, menyatakan bahwa gempa bumi dan tsunami itu sebagai salah satu petaka terburuk yang dialami Rakyat Jepang sepanjang sejarah panjang bangsa mereka.
Robert Knoth dan Antoinette de Jong mengunjungi wilayah Fukushima bersama Greenpeace pada musim gugur tahun 2011 untuk menjadi saksi terhadap efek yang ditimbulkan oleh radioaktif berbahaya yang berada di udara yang disebabkan oleh tiga kali bencana nuklir di PLTN Fukushima Daiichi.

Berbagai kisah pilu dapat kita lihat dari perjalanan yang dilakukan photographer Robert Knoth dan Antoinette de Jong. Mereka mengunjungi wilayah Fukushima bersama Greenpeace pada musim gugur tahun 2011 untuk menjadi saksi terhadap dampak dasyat yang ditimbulkan oleh Bencana Nuklir Fukushima. Tanah yang dulu subur dengan berbagai keindahan dan keramaian kini sunyi sepi tak berpenghuni.  Berubah menjadi tanah petaka,
Setiap saat, kombinasi yang tak terduga dari kegagalan teknologi, kesalahan manusia atau bencana alam di reaktor manapun di dunia, bisa menyebabkan petaka. Bencana Nuklir Fukushima, sekali lagi membuktikan bahwa  risiko-risiko yang mematikan melekat tak terpisahkan pada PLTN. Indonesia, sebagai negeri yang terletak di cincin api, negeri yang potensi kebencanaannya tak kalah besar dari Jepang, ternyata tidak belajar dari bencana dasyat ini. Para promotor PLTN di negeri ini, justru semakin gencar melakukan promosi dan propaganda untuk membangun PLTN di negeri ini. Fantasi berbahaya ini harus dihentikan.