Selasa, 19 Februari 2013
Pilihan Bersih itu Untuk Masa Depan
Masih teringat saat pertama kali saya membawa Tobi, si bungsu yang waktu itu usianya baru 4 tahun, bermain di pantai. Duduk di kejauhan, saya mengawasi ketika kaki kecilnya menapak pasir putih dan pelan-pelan mengatur langkah mendekati ombak yang menepi. Ujung jarinya menyentuh air kemudian cepat-cepat ditarik lagi. Begitu untuk beberapa waktu hingga akhirnya ia mulai merasa aman untuk merendam kedua kakinya dalam air, lalu pelan-pelan melangkah lebih ke tengah dan ketika ombak datang lagi ia menghambur ke pantai sambil melepast tawa. Menyenangkan menyaksikan putra saya itu mulai berkenalan dengan laut dan menikmatinya.
Lingkungan dan masa depan, dua elemen penting yang saat ini saya perjuangkan bersama Greenpeace untuk anak-anakku dan anak-anak lainnya generasi penerus bangsa – Dua elemen itu adalah pertanyaan besar saya saat ini: seperti apa rupa bumi yang akan saya wariskan bagi anak cucu saya?
Pertanyaan ini menyelinap pelan-pelan dalam hati, dan masih tertinggal dalam kepala saya apa lagi setelah menyaksikan Kumi Naidoo, Direktur Eksekutif Greenpeace menyampaikan keprihatinannya di World Economic Forum tentang issue perubahan iklim yang waktu-waktu ini menjadi fokus Greenpeace:
“Perubahan iklim yang ekstrim sedang terjadi, bumi kita sedang menuju kenaikan suhu hingga 4 derajat Celcius.”. “Yang harusnya mendorong kita untuk bertindak adalah kepekaan kita menangkap pesan bumi melalui berbagai bencana iklim dalam kurun waktu tiga tahun terakhir : kenaikan suhu, badai Sandy, topan Bopha, dan kemarau panjang.”
“Seluruh pemerintah dunia harus beralih dari ketergantungan pada energi berbasis karbon dan secara serius berinvestasi pada energi terbarukan.” Tegas Kumi.
Apa artinya semua ini bagi masa depan anak-anak kita? Bagi persahabatan yang baru dibangun Tobi dan laut yang pelan-pelan mulai disukai dan diminatinya?
Saya mengutip pernyataan Presiden Bank Dunia, Jim Yong Kim :
“In the worst climate scenario, my kids will live in a world without coral reefs, with acid oceans and with wars fought over water.”
(Dalam skenario iklim terburuk, anak-anak saya akan hidup di dunia tanpa terumbu karang, dengan lautan asam dan dengan perang memperjuangkan air)
Mendasarkan imajinasi saya pada penelitian para ahli dan pernyataan Jim Yong Kim tentang skenario iklim terburuk yang mungkin saja terjadi di sekitar tahun 2050 – itu artinya sangat menyedihkan membayangkan saat Tobi berusia sekitar 40 tahunan, laut tidak lagi akan menjadi sahabatnya dan keturunnannya kelak mungkin tak akan pernah mengetahui betapa cantinya terumbu karang dan alam bawah laut.
Mengerikan rasanya membayangkan anak-anak kita harus hidup nanti dengan bersaing untuk air bersih, menghirup udara kotor, tak bisa lagi bersahabat dan menikmati hutan dan terumbu karang. Tapi satu hal yang saya sadari adalah saya mempunyai pilihan. Pilihan untuk memberikan masa depan bersih bagi anak-anak saya, memilih masa depan bersih adalah dengan memastikan hari ini bumi kita dijaga dan dilindungi, dengan berkata ‘tidak’ bagi energi kotor dan apapun yang menjadi penyebabnya serta mengupayakan agar energi terbarukan dan langkah-langkah perlindungan lingkungan diterapkan sebagaimana mestinya.
Hari ini Greenpeace merilis sebuah laporan terbaru “Point of No Return” yang mengungkapkan ancaman yang mengkhawatirkan yang ditimbulkan oleh perencanaan global yang sistematis untuk meningkatkan emisi dari batubara , minyak, dan gas. 14 Proyek besar energi kotor dan intensif karbon disorot dalam laporan ini dari mulai ekspansi batubara besar di Australia, Cina, Amerika Serikat dan Indonesia, hingga ke ekspansi pasir minyak di Kanada dan Rusia, dan produksi gas baru di Laut Kaspia dan Amerika Serikat.
Dalam laporan ini menunjukkan kesempatan 75% untuk menghindari bencana iklim jika emisi mencapai puncaknya dengan segera dan kemudian turun sebesar 5% per tahun dan emisi dari 14 proyek yang dibatalkan. Laporan Energi [R] evolusi menunjukkan bahwa energi terbarukan dan penghematan energi dapat memberikan energi yang kita butuhkan.
Untuk anak-anakku saya memilih masa depan bersih dengan memilih energi bersih, Bagaimana dengan Anda? Apa pilihan Anda?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar